Kamis, 23 Maret 2017

Hutan Nantu, Flora Fauna Endemik asli Gorontalo

Hutan Nantu, Flora Fauna Endemik asli Gorontalo

Hutan Nantu yang terdapat di provinsi Gorontalo ini merupakan Rimba atau hutan Purba yang  Kaya akan Flora dan Fauna Endemik. Seperti dalam film Jurassic Park, Pohon besar menjulang tinggi yang dikelilingi berbagai tanaman merambat, juga rotan dan akar beringin.
Pohon Rao raksasa tumbuh dan saling berdekatan satu sama lain, di selanya tumbuh tanaman rimba lainnya, tidak menyisakan ruang bagi sinar matahari jatuh ke tanah. Lembab dan becek mempercepat pembusukan daun dan juga kayu lapuk. Barisan semut tak henti berlalu membawa potongan daun dan bangkai serangga mati, cendawan merah lunak menempel di cabang pohon yang membusuk, jamur ini berpendar malam hari.
Suara serangga dan hewan lain bersahutan, sesekali suara burung Julang Sulawesi (Rhyticeros Cassidix) menyela. Hutan hujan tropis yang asli ini di hutan Gorontalo berada di Nantu. Hutan ini merupakan kekayaan dunia yang sangat penting, karena nantu merupakan salah satu dari sedikit hutan di Sulawesi yang masih utuh. Pohon raksasa Rao (Dracontomelum Dao), Nantu (Nyatoh), pohon Inggris (Eucalyptus Deglupta) beradu tinggi dengan rotan batang yang merambatinya, tidak terhitung kehidupan liar yang di bawahnya.
Suaka Marga Satwa Nantu merupakan kawasan hutan seluas 31.000 ha yang menjadi kekayaan dunia. Di kawasan ini merupakan bagian dari bio-geografi Wallacea yang kaya keanekaragamanhayatinya. Nantu merupakan zona transisi dan campuran antara fauna Asia dan Australia. Di rimba ini hidup secara baik satwa yang tidak ada di bagian dunia lain seperti Anoa (Bubalus Depressicornis), Babi rusa (Babyroussa babbyrussa), Monyet Sulawesi (Macaca Heckii), Tarsius (Tarsius Spectrum), Babi Hutan (Sus Celebensis). Di hutan ini juga hidupan bagi 90 spesies burung, yang 35 jenis diantaranya adalah endemik.
Hutan ini juga menjadi penyangga bagi ketersediaan air bagi puluhan ribu masyarakat yang mendiami daerah di bawahnya. Untuk menuju hutan Nantu, perjalanan dimulai dari ujung desa Mohiolo. Di sini ada perahu yang akan mengantarkan pengunjung menyusuri sungai Paguyaman yang keruh. Selama 2,5 jam disuguhi kehidupan burung air yang eksotik.
Bangau putih mendominasi, mereka berjemur di bebatuan pinggir sungai, di atas pohon tumbang hingga bertengger di semak perdu kanan-kiri sungai,bebek telaga yang biasa disebut Duwiwi juga senang bergerombol di pinggiran sungai. Tak terhitung jenis lain seperti Raja Udang, juga Bangau hitam berleher panjang yang sulit dijumpai dengan mudah disaksikan di sini, juga betet kelapa punggung biru hingga burung pendeta.
Semakin mendekati hutan, banyak dijumpai tanah kosong yang hanya ditumbuhi rerumputan yang tidak memiliki nilai ekonomi. Sepertinya setelah masyarakat mengambil kayu, lahan dibiarkan terlantar tak terurus. Tidak semua jalur sungai mulus dilalui, ada bagian yang harus dangkal dan harus diwaspadai pengemudi ketinting.
Hutan Nantu merupakan tempat yang baik bagi perkembangan Anoa, Babi rusa dan satwa endemik Sulawesi lainnya. Di Nantu ini bisa dengan mudah dijumpai satwa tersebut. Babi rusa sejak 1996 dinyatakan langka dan dlindungi pememrintah Indonesia dan hukum internasional karena sudah masuk dalam buku merah IUCN dab CITES.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar